Monday 3 June 2013

DIAM ITU EMAS

Maksud Dari Diam Itu Emas Ketika kita tidak tahu, lalu berubah menjadi tahu. itu adalah perubahan yang sangat besar. Itu akan menimbulkan overakting, yang tentu, sesuatu yang berlebihan, tidak baik untuk kita semua. semua itu berlaku juga untuk ketika, kita mendapatkan, hidayah, mendapatkan cahaya, tentang betapa gelapnya dunia yang kita singgahi sekarang ini. Rasa semangat, untuk berdakwah, untuk mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar, apalagi sampai menuju Jihad, itu akan berlebihan apabila tidak ditanggapi dengan kepala dingin. Maka dari itu, janganlah kita terlalu overakting, apalagi mudah mengkafirkan orang lain. Alangkah baiknya kalau kita diam, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam.“, hadits diriwayatkan oleh Bukhari. Tapi bukan berarti diam, diam untuk selama-lamanya, diam untuk tak mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar, tapi diam disini agar tidak menimbulkan fitnah. Adapun diam adalah emas, menurut K.H. Abdullah Gymnastiar. Tentu saja, dengan diam yang aktif, kita bisa meminimalisir percepahan, pertengkaran, dan juga fitnah yang tentu kita tahu ‘lebih kejam dari pada pembunuhan’. Mari kita lihat, pendapat K.H. Abdullah Gymnastiar tentang ‘Diam Itu Emas’ 1. Jenis-jenis Diam Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam: a. Diam Bodoh Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu. b. Diam Malas Diam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas. c. Diam Sombong Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya. d. Diam Khianat Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji. e. Diam Marah Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah jah lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah masalah. f. Diam Utama (Diam Aktif) Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa engan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besardibanding dengan berbicara. 2. Keutaam Diam Aktif a. Hemat Masalah Dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah. b. Hemat dari Dosa Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah. c. Hati Selalu Terjaga dan Tenang Dengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita. d. Lebih Bijak Dengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif. e. Hikmah Akan Muncul Yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya. f. Lebih Berwibawa Tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan. Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti: Diam dari perkataan dusta Diam dari perkataan sia-sia Diam dari komentar spontan dan celetukan Diam dari kata yang berlebihan Diam dari keluh kesah Diam dari niat riya dan ujub Diam dari kata yang menyakiti Diam dari sok tahu dan sok pintar Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Dengan diam kita yang aktif, kita bisa memberikan penjelasan yang baik kepada saudara-saudara kita, yang masih belum mendapatkan hidayahnya. Dan semoga lisan kita, selalu dijaga oleh Allah SWT dari perkataan yang sia-sia. Adapun pesan dari seorang Ulama Besar, Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti. Ia berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 45, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan”. Beliau berkata pula di hal. 47, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.

No comments:

Post a Comment